· 1 min read

BUSINESS OUTLOOK DI TANGAN ANDA ?

Memandang prospek bisnis di tengah pandemi COVID-19 dengan sikap optimis, menekankan pentingnya konsumsi dan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

Memandang prospek bisnis di tengah pandemi COVID-19 dengan sikap optimis, menekankan pentingnya konsumsi dan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

“Bagaimana prospek bisnis di tahun covid ini?” Pertanyaan ini berulang kali kita dengar. Berbagai business outlook dari berbagai lembaga bergengsi menghiasi berbagai media. Bayangkan saja, bank dunia meramalkan ekomomi dunia rontok -5,2%, IMF -3%, OECD -6%. Ekonomi kita diramalkan 0% oleh bank dunia. IMF 0,5%, OECD -2,8% sd -3,9%. Semua pebisnis sibuk memviralkan hasil penerawangan para pakar. Bingung, galau, gamang, merupakan kata yang tepat menyelimuti para pebisnis.

Bagaimana dengan anda sahabat? Tetapi jika saya ditanya, maka saya akan balik bertanya. Apakah anda mau meningkatkan konsumsi di tahun depan? Apakah anda mau ganti mobil? Apakah anda mau menambah rumah?Apakah anda mau renovasi? Apakah anda yang punya pabrik mau menambah mesin atau capasitas? Apakah anda yang punya bisnis ingin menambah cabang atau took baru? Apakah anda mau mengembangkan karyawan di tahun depan?

Jika mayoritas dari anda menjawab tidak! Maka bisnis anda tidak berprospek. Tetapi bisnis amat sangat berprospek ketika mayoritas dari anda menjawab “ya”.

‘Mengapa?’

Jika anda semua pesimis ‘ngerem pengeluaran’ maka ekonomi pasti lesuh. Ekonomi akan menggeliat kalau anda optimis. Ketika anda optimis, anda akan berani menambah konsumsi, menambah kapasitas produksi, memperluas area penjualan, dan sebagainya. Optimis akan menggerakan ekonomi kita. Apalagi ekonomi kita mayoritas ditopang oleh konsumsi domestik. Ketika masyarakat meningkatkan konsumsi maka ekonomi menggeliat. Pebisnis pasti tancap gas menyambut peningkatan konsumsi masyarakat.

Semua data dari para pakar atau lembaga bergengsi yang diviralkan akan menjadi sebuah peluang di mata pebisnis optimis, tetapi sebaliknya semua data merupakan masalah atau ancaman di mata seorang yang pesimis.

Wingston Churchill mengatakan "pesimis sees the difficulty in every opportunity, an optimist sees the opportunity in every difficult". Jika anda pesimis maka anda hanya melihat sisi masalah dari sebuah peluang, tetapi sebaliknya optimis akan memampukan anda melihat peluang dari sebuah masalah. Pesimis akan melahirkan energy negative sehingga melihat apapun jadi gelap, sedangkan optimis menghasilkan energy positif sehingga semua jadi terang. 

Bahkan, Robert G. Alen mengingatkan bahwa “Many an optimist has become rich by buying out a pessimist”.

Kebanyakan orang optimis menjadi kaya karena berani membeli sesuatu dimana orang pesimis tidak mau membelinya. Ketika pesaing anda pesimis dengan tidak menambah pasar baru, maka kesempatan bagi anda yang optimis untuk berani membuka pasar baru. Pertarungan pesimis dan optimis dalam bisnis itulah yang menghasilkan hasil akhir yang berbeda seperti pergerakan sopir dan mobil dijalan raya.

Mungkin kita perlu membedaka optimis dan “bonek”. Optimis merupakan perpaduan antara rational dan passion. Sedangkan bonek cenderung menonjolkan passion tanpa pertimbangan rasional. Hasrat kuat untuk melakukan atau mencapai sesuatu yang biasa disebut passion harus dikombinasikan dengan rational sehingga menghasilkan optimisme. Tanpa rasionalitas maka passion hanya melahirkan “bonek”. Tetapi rational tanpa passion akan melahirkan pesimisme.

Tahun 2020! Apakah tahun penuh harapan atau tidak? Semua tergantung anda. Growth Mindset cenderung mudah menjadi optimis, sedangkan static mindset menjadikan anda seorang pesimis sejati. Ayo transformasi diri kita dalam tahun 2020 karena keberhasilan sedang menanti anda.

Make it a good day

Salam transformasi

Devie Deviesa., Ph.D., OD

Back to Blog

Related Post